RSS

Keracunan Zat Korosif dan Logam

KERACUNAN ZAT KOROSIF DAN LOGAM

             Toksikologi adalah subyek bahasan yang luas, yang kebanyakan berhubungan dengan alam, kejadian, gejala, biokimia, tindakan dan terapi terhadap berbagai jenis racun. Banyak buku kedokteran forensic, terutama yang berasal dari Asia, mencurahkan sebagian besar bukunya ke semua aspek dari ratusan zat racun, yang banyak juga diantaranya jarang, tapi pernah dijumpai oleh ahli patologi di sebagian besar belahan bumi. Seperti yang terlihat pada otopsi bahwa sebagian besar racun tersebut tidak spesifik, sangat sia-sia untuk mencarinya pada daftar racun dan karena itu disini dijelaskan berbagai racun yang memiliki bentuk spesifik / khusus, atau racun-racun yang sering digunakan. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai otopsi pada beberapa kasus keracunan, yang dapat dikelompokkan sebagai bahan korosif, bahkan jika untuk racun-racun yang memiliki sifat tidak mematikan. Sebagai tambahan, beberapa logam berat beracun akan didiskusikan berdasarkan penemuan atopsi atau penemuan labolatorium yang relevan / berhubungan.

SIANIDA
Sianida adalah racun yang digunakan baik untuk bunuh diri, kecelakaan atau pembunuhan. Terbentuk sebagai bagian dari racun yang mematikan pada banyak bagian yang terbakar dimana asap inhalasi membunuh sebagian besar korban melebihi kasus kebakaran. Meskipun diagnosis otopsi tentang keracunan sianida sangat jarang diragukan, analisa toksikologi mungkin sulit untuk interpretasi akibat destruksi maupun produk sianida dalam tubuh yang sudah mati dan bahkan pada sampel darah yang disimpan untuk menunggu diperiksa. Keracunan sianida akut merupakan kasus yang paling sering dilaporkan sendiri       ( 70% dalam 1 seri ), dalam beberapa kasus biasanya garam natrium maupun kalium ikut masuk ke saluran cerna. Hal ini bisa tiba-tiba maupun dalam kecelakaan kerja ( industri ) yang dalam beberapa kasus garam-garam tersebut ikut dilibatkan, atau mungkin gas-gas yang dibebaskan dari beberapa proses komersil.
Pembunuhan dengan racun jarang terjadi, kecuali pada pembunuhan massal yang masih terjadi, seperti tragedi Jonesville di Guyana, atau penggunaan sianida sebagai senjata dalam perang melawan penduduk di Timur Tengah. Sianida juga pernah digunakan untuk eksekusi yuridis di negara bagian Amerika Serikat, praktek semacam ini tampaknya kembali ada pada tahun-tahun belakang ini.
Sianida hanya bereaksi sebagai hidrogen sianida bebas dan oleh karena itu garam-garam yang ditelan perlu untuk bertemu baik dengan air maupun asam lambung sebelum membebaskan asam hidro-sianida, proses ini hanya butuh waktu beberapa detik. Dosis fatal sianida kecil, 150-300 mg, yang diperbolehkan digunakan sebagai pil bunuh diri yang tersembunyi oleh pemuka Nazi pada akhir perang dunia ke II. Tapi bagaimana pun penyembuhan juga telah dilaporkan pada penggunaan kalium sianida dengan dosis yang lebih besar, 2-4 gr. Kebanyakan bergantung pada sianida murni, yang didasarkan pada pembusukan pada penyimpanan dan sampel yang sudah lama hanya mengandung setengah berat dari sianida aktif.

Penemuan Otopsi pada Keracunan Sianida

Sianida bereaksi melalui hubungan dengan atom besi ferri dari sitokrom oksidase yang mencegah pengambilan oksigen untuk pernafasan sel. Sianida tidak dapat disatukan langsung dengan hemoglobin, tapi dapat disatukan oleh intermediary compound methemoglobin. Sianida cukup korosif diantara alkali lainnya, dapat menyebabkan kerusakan jaringan setempat yang tidak berhubungan dengan keracunan yang lebih umum melalui inhibisi enzim.
Dari luar, ada banyak variasi dalam penampilanya. Yang klasik, lebam mayat dikatakan menjadi berwarna merah bata, sesuai dengan kelebihan oksi hemoglobin ( karena jaringan dicegah dari penggunaan oksigen ) dan ditemukannya sianmethemoglobin. Banyak deskripsi lebam mayat yang mengarah pada kulit yang berwarna merah muda gelap atau bahkan merah terang, terutama bergantung pada daerahnya, yang mana dapat dibingungkan dengan karboksi hemoglobin. Pada beberapa kasus yang dilihat oleh penulis telah ditunjukkan gambaran lebam mayat sianotik gelap, yang mungkin disebabkan kurangnya oksigen dalam sel darah merah oleh karena terjadi kelumpuhan otot-otot pernafasan. Mungkin tidak ada tanda-tanda eksternal yang lain disamping warna kulit dan kemungkinan muntahan hitam disekitar bibir.
Mungkin bau sianida ada pada tubuh dan dapat dikenal, tapi perlu diketahui bahwa banyak orang tidak bisa mendeteksi bau ini, kemampuan menciumnya berhubungan dengan genetik ( bukan berdasarkan pengalaman ). Ini penting diketahui oleh ahli patologi dan pegawai kamar mayat, bahwa keracunan sianida dapat membawa resiko. Rekan penulis menjadi sakit dan untuk sementara mengalami gangguan fungsi setelah mengotopsi mayat bunuh diri yang telah menelan sejumlah besar kalium sianida. Diasumsikan mungkin akibat menghirup hidrogen sianida dari isi perut mayat ketika melakukan pemeriksaan organ dalam.
Di dalam jaringan mungkin juga menjadi berwarna merah muda terang disebabkan karena oksi-hemaglobin yang tidak dapat digunakan oleh jaringan - yang mungkin lebih umum terjadi dari pada karena sianmethemoglobin. Garis perut dapat mengalami kerusakan hebat dan terlihat menutupi permukaan, dan dapat terdapat resapan darah pada lekukan mukosa. Ini terutama disebabkan kekuatan alkali yang kuat dari hidrolisa garam-garam natrium dan kalium sianida. Hidrogen sianida itu sendiri menyebabkan kerusakan yang tidak seperti itu. Dalam sedikitnya kasus yang berat, garis perut akan ditandai dengan striae berwarna merah gelap, yang mana rugae telah menutupinya ketika melewati lekukan diantaranya yang relatif tidak merusak. Perut dapat berisi darah maupun rembesan darah akibat erosi maupun pendarahan di dinding perut. Jika sianida berada dalam larutan encer, mungkin ada sedikit kerusakan pada perut, terpisah dari warna merah muda pada mukosa dan mungkin beberapa pendarahan berupa petechiae. Mungkin juga sianida tersebut menjadi kristal / bubuk putih yang tidak dapat larut, dengan bau seperti almond.
Seperti kematian yang biasanya berlangsung cepat, sedikit bagian dari sianida dapat sudah melewati masuk ke dalam sel cerna. Oesuphagus dapat mengalami kerusakan, terutama pada bagian mukosa oesophagus yang ketiga yang lebih bawah, yang bisa mengalami perubahan post mortem dari regurgitasi isi perut melalui relaksasi sphincter jantung setelah mati. Organ lain tidak menunjukkan perubahan yang spesifik dan diagnosis dibuat berdasarkan ceritanya, bau dan warna kemerahan pada jaringan dalam tubuh maupun kulit.

Analisa Toksikologi

Darah, isi perut, urin dan muntahan harus diserahkan ke laboratorium, membutuhkan perhatian khusus bahwa sampel terhindar dari resiko dalam pengemasannya, transportasinya atau tidak dikemasnya sampel tersebut. Pemerikasaan laboratorium harus dilakukan dan diperhatikan jika ada kemungkinan terjadinya keracunan sianida.
Jika kematian mungkin disebabkan oleh inhalasi gas hidrogen sianida, paru-parunya harus dikirim utuh, dibungkus dalam kantong yang terbuat dari nilon ( bukan polivinil klorida).
Penting untuk membawa sampel ke laboratorium sesegera mungkin ( dalam beberapa hari ) untuk menghindari struktur sianida yang tidak seperti aslinya lagi dalam sampel darah yang telah disimpan. Hal ini biasanya dapat terjadi akibat suhu ruangannya, sehingga jika ada penundaan, adanya kulkas pendingin menjadi penting. Jika dibandingkan, beberapa sampel positif sesungguhnya dapat menurun kualitasnya pada penyimpanan, seperti yang diterangkan oleh Curry. Lebih dari 70% isi sianida dapat hilang setelah beberapa minggu, akibat reaksi dengan komponen jaringan dan konversi menjadi thiosianat.
Jumlah sianida yang ditemukan dalam pemeriksaan tergantung jumlah sianida yang masuk dalam tubuh dan waktu antara masuknya sianida dengan kematiannya. Yang mana akhir-akhir ini biasanya diukur dalam menit, dosis rendah – atau pada pengobatan – dapat bertahan hidup dalam jam bahkan hari.
Dikatakan bahwa tidak ada struktur sianida  yang tidak seperti aslinya lagi, sianida yang ditemukan dalam jumlah cukup adalah bukti bahwa sianida masuk dalam tubuh yang mana hal itu sendiri tidak normal dan dikonfermasi sebagai barang bukti dari terjadinya keracunan. Bagaimanapun, Karhunen et al telah melaporkan kasus dimana seorang tersangka pembunuhan terbakar dan pada post mortemnya menunjukkan tingkat sianida dalam darah 10 mg/l, yang diperkirakan sesuai dengan difusi pasif dari sianida melalui seluruh cavitas tubuh yang terbuka saat terjadinya kebakaran.
Khasnya, tingkat sianida darah dalam 1 serial kasus yang fatal antara 1-53 mg/l, dengan rata-rata 12 mg/l. Limpa selalu merupakan jaringan dengan konsentrasi sianida yang paling tinggi, diperkirakan karena limpa banyak mengandung sel darah merah, dalam 1 serial seperti diatas, tingkat sianida limpa berkisar antara 0,5-398 mg/l, dengan rata-rata 44 mg/l. Dalam serial lain, tingkat sianida darah rata-rata 37 mg/l.

ASAM KOROSIF,  ALKALI DAN FENOL

Dahulu, untuk bunuh diri dipakai racun corosive karena sedikit menimbulkan rasa nyeri, tapi sekarang di negara-negara barat dsudah jarang dipakai. Pada beberapa belahan dunia, asam-asam mineral hingga kini masih sering dipakai untuk bunuh diri dan pembunuhan. Di Malaysia, sering digunakan asam formic dan asam asetat yang digunakan pada produksi karet untuk bunuh diri.
Bahan-bahan corosive fenol seperti asam karbolik dan lysol sering dip[akai untuk bunuh diri. Menurut ilmu toksikologi, kedua bahan itu tidak memberi masalah besar hingga kematian hanya sering menyebabkan kerusakan otak, namun bila korban sudah memiliki penyakit komplikasi seperti renal failure atau infeksi rongga dada maka kematian dapat terjadi.
Sifat-sifat khas bahan korosive :
  1. tumpahan racun pada tubuh korban dapat merusak struktur kulit; hal ini bisa emmbantu proses rekonstruksi untuk memperkirakan kapan racuinnya diminum. Bibir bisa terbakar dan tetesan racun bisa mengenai dagu, leher dan dada. Pola mulut yang terbakar bisa digunakan untuk melihat racun apa yang diminum. Korban yang meminum racun dengan posisi duduk atau berdiri, racun akan mengalir kedada dan abdomen; bila berbaring, racun akan mengalirti wajah dan pipi lalu keleher belakang. Tumpahan racun bisa masuk kesaluran hidung.
  2. Bagian inferior mulut bisa terkikis, lidah tertelan atau menciut tergantung bahan racunnya. Faring, laring dan esofagus terkikis dan dalam beberapa menit glotis akan edema. Mukosa saluran nafas bisa rusak dan terjadi adspirasi cairan keparu sehingga terjadi edema paru dan hemoragik.
  3. Bagian bawah esofagus dan perut mengalami perubahan warna, deskuamasi dan perforasi. Setelah beberapa menit racun bisa mengalir lebih dalam dan dapat merusak usus halus tapi ini jarang terjadi karena faktor waktu dan adanya spasme pilorus.
  4. Tumpahan racun keparu bisa menimbulkan edema paru dan bronkopneumonia akibatnya terjadi kematian.

Bahan-bahan corosive memiliki cara kerja yang berbeda-beda pada jaringan lunak dan dibedakan melalui baunya sedangkan asam-asam mineral tidak begitu berbeda. Fenol dapat terdeteksi melalui bau. Asam kuat bereaksi menyebabkan dehidrasi jaringan, koagulasi protein dan merubah Hb menjadi hematin. Asam sulfur dalam bentuk konsentrat bersifat sangat korosive dan menimbulkan panas bila kontak dengan air atau jaringan.
Jaringan akan menjadi abu-abu kehitaman, terdehidrasi. Lambung menjadi abu-abu, coklat tua atau hitam tergantung jumlah darah yang ikut tercampur, kadang bisa terjadi perforasi.
Esofagus dan perut menjadi abu-abu dan bengkak tergantung jumlah asam dan makanan yang ada silambung.
Asam nitrat menimbulkan kerusakan mukosa dan meninggalkan bekas berupa cetakan kuning kecoklatan dimukosa.
Kulit wajah yang terbakar terdapat pola kuning atau coklat dengan tepi tajam. Asap kuning bisa keluar dari perut bila isi perut banyak. Gambaran dalam perut berwarna coklat kekuningan dan perforasinya lebih sedikit dibanding karena asam sulfur.
Asam hidroklorida memiliki efek yuang sama terutama pada mukous membran, tapi luka yang ditimbulkan tidak separah asam sulfat dan asan nitrit.
Sodium hidroksida bentuk terkonsentrasi bersifat korosive namun lembut dan licin, merusak jaringan melalui caustic soda.
Fenol dan lysol juga merusak dan mempengaruhi jaringan seperti asam dan alkali. Asam karbolik (fenol murni) cenderung membuat kaku jarinagn dan permukaannya menjadi putih. Kekakuan yang terjadi pada wajah, kulit, perut dan esofagus. Lysol adalah cairan sabun yang mengandung fenol dan cresol, merubah jarinagn menjadi ungu kecoklatan


ASAM OKSALAT DAN GARAM OKSALAT

Keduanya tidak begitu corosive tapi masih bersifat racun dan kerjanya cepat, kematian timbul dalam beberapa menit sampai satu jam.
Asam bersifat korosif lokal dan berefek sistemik yang dapat berakibat fatal meskipun kerusakan lokalnya non letal.
Saat otopsi bila tertelan kristal putih atau asam kuat maka akan timbul efek pemutihan mukosa mulut, faring dan esofagus walau perdarahan lokal juga bisa terjadi.
Diperut juga terjadi kerusakan mukosa dan warnanya menjadi cokelat tua atau hitam yang berasal dari asam hematin, dindingnya erosi. Kristal kalsium oksalat bisa terlihat pada isis perut atau dinding mukosa.
Kematian pada korban yang telah melewati fase akut disebabkan karena kelainan fungsi otot (termasuk kelainan myocardium) karena hipokalemi akibat presipitasi kalsium tubuh. Kematian terjadi sertelah 2-10 hari.




RACUN ETHYLEN GLIKOL

Walau tidak memiliki sifat racun, ethylen glikol memiliki bentuk umum seperti racun oksalat dan bisa menyebabkan kematian. Glikol telah digunakan secara luas sebagai antifreeze agent pada motor penggerak dan pelarut dalam industri. Ethjylen glikol mudah didapat sehingga sering dipakai untuk racun bunuh diri atau pembunuhan. Sedikitnya 40-60 kematian pertahun telah dilaporkan karena penyebab ini. Kandungannya adalah ethylen, diethylen, propilen dan heksilen glikols, semuanya memiliki efek toksis yang berbeda (kenyataannya propilen glikol bersifat non toksik), ethylen glikol paling banyak digunakan. Saat jumlah yang diminum lebih dari 100-200 ml, bisa berakibat fatal dan harus segera ditangani melalui dialisis atau antidotumnya.
Efek yang timbul awalnya berupa mabuk lalu bisa menjadi koma dan kematian yang dapat terjadi dihari pertama. Glikol dimetabolisme dalam tubuh menjadi asam oksalat melalui proses glikol-glioksal-glikolic acid-asam formic-asam glioksilic-asam oksalic. Ethylen glikol dapat menimbulkan edema serebri dan meningoensefalitis kimia, diginjal bisa terjadi nekrosis tubular yang menyerupai keracunan oksalat.

ANALISIS LABORATORIUM PADA KERACUNAN ETILEN GLYCOL

Kadar etilen glycol dalam darah tergantung waktu yang telah dilalui, biasanya lebih dari 300 mg/l, dan rata-rata mencapai 2400 mg/l pada contoh darah yang diambil sebelum hari ke-2. Otak mengandung 300-400 mg/kg. dan di urin 600-10.000 mg/l, dengan rata-rata mencapai 5700 mg/l.

BAHAN – BAHAN METAL YANG BERACUN

Ada banyak bahan-bahan metal yang beracun, kebanyakan keracunan bahan-bahan metal terjadi dari lingkungan dan pekerjaan, keracunan dapat akut/kronis. Keracunan akut dapat terajdi akibat bunuh diri, kecelakaan, pembunuhan.
Beberapa tahun terakhir, terutama pada abad ke-19 keracunan logam berat dilakukan untuk kepentingan kasus pembunuhan, tapi sekarang kjarang dilakukan di Negara-negara barat, karena dapat dengan mudah dideteksi.
Pada bahasan ini hanya akan dibahas satru jenis racun yaitu ars

ARSEN

Dari semua bagian penting pada jaringan tubuh hewan, arsen adalah elemen ke-12 paling banyak terdapat di seluruh dunia. Pernyataan tersebut berguna untuk mengontrol secara ketat ketika kita kan membuat analisa tentang arsen pada cairan atau jaringan tubuh manusia.
Sebagaimana excresi pada tubuh manuasia yang banyak makan ikan ( t.u kerang2an) kadar arsen dalam tubuhnya dapat meningkat, hal ini terlihat bahwa mereka keracunan arsen kronik. Hal tersebut sama seperti ketika penguapan yang terjadi setelah terpapar racun misalanya dari tanah atau air kuburan harus diambil untruk meastikan bahwa arsen yang ditemukan pada tubuh tidak didapatkan dari kontaminasi local.
Logam arsen sebenarnya tidak beracun hanya saja bila dalam jumlah yang banyak dapat menjadi beracun. Hal ini dipengaruhi oleh respirasi seluler dengan mengkombinasikan dengan bebrapa Sulphydril dari enzim mitokondrial, t.u oksidasi piruvat dan phosfatase tertentu. arsen memiliki target pada endotel pembuliuh darah, terhitung banyaknya lesi yang disebabkan oleh meningkatnya permeabilitas pembuluh darah, udema jaringan dan hemorrhagi t.u pada saluran pencernaan.
Keracunan arsen dapat timbul melalui saluran cerna yang berasal dari oksida arsen, bubuk putih tidak berasa dari cuprum, sodium dan potassium arsenic, arsen dari calcium lead, arsen sulfide, gas arsen (industri)
Pada kedokteran forensic, kasusu yang paling jarang pada keracunan arsen biasanya ditimbulkan oleh oksida arsen atau bisa juga salah satu arsenit. Keracunan arsen dapat akut atau kroni, akhir2 ini disebabkan oleh keracunan pada tempat kerja dan lingkunagn. Pada kasus bunuh diri pasti merupakan keracunan akut. Tapi pada kasus pembunuhan dapat akut atau kronik.

Dosis Fatal pada Keracunan Arsen

Arsen bila diminum pada perut yang kosong terutama dalam bentuk solution pada dosis 150 mg dapat mengakibatkan kematian tapi pada dosis 250-300 mg merupakan minimum lethal dose. Tapi dalam jumlah yang banyak dapat selamat ada beberapa kasus yang toleransi terhadap arsen dapat diraih dengan dosisi besar, kebanyakan menyebabkan muntah-muntah. Kematian dapat terjadi cepat dalam waktu 1 jam dapat terjadi shock dan kegagalan kardiorespirasi atau dapat juga tanpa gejala untuk beberapa hari yang penyebab kematiannya Hepatorenal failure. Pada keracunan kronik, tidak ada dosis lethal bila pencernaan menimbulkan angka excresi yang normal, maka sekumpulan arsen akan terdeteksi.

Penemuan Otopsi

Pada keracunan akut temuan mungkin hanya sedikit. Pada kematian yang terjadi  ± 1 jam. Mungkin bisa ditemukan iritasi minimal pada GIT bagian atas seperti tanda kemerahan pada mukosa gaster t.u sepanjang tepi atas dari rugae. Gambaran red velvet ditemukan pada beberapa lapisan diperut pada keracunan arsen akut mungkin terdapat lapisan mucus dan granule dari agen beracun yang terperangkap pada lapisan tersebut, alasan untuk mengirimkan isi kedua bahan tersebut dan bagian dari dinding lambung untuk diperiksa , sebagaimana dicurigai pada keracunan tipe apapun . Usus ahlus biasanya normal pada keracunan akut.
Lesi lain yang mungkin ditemukan adalah subendokardial hemorragi pada dinding ventrikel kiri. Hal ini tentu saja temuan yang umum pada kondisi shock yang berat ketika hipotensi timbul tiba2. Hal ini terlihat pada luka-luka yang banyak, yang kehilangan banyak darah, penurunan tekanan darah dan shock neurogenik dan peningkatan TIK adalah gejala lain.
Fenomena yang terjadi dapat meningkat, penulis biasa melihat fenomena tersebut pada korban dari jatuhnya pesawat militer diman jantung keluar dari tempatnya pada saat kejadian. Salah satu deskripsi yang paling baik dari subendokardial hemorrhagi yang ditemukan Seehan 1939.
Perdarahan terletak dibagian atas septum interventrikulare dan pada otot papillary yang berlawanan. Pada kasus yang paling berat yang penulis pernah lihat yaitu pada kasus bunuh diri yang massive akibat overdosis dari oksida arsen, dimana perdarahan terdapat pada endokardium, ini dibutuhkan untruk mendiagnosa secara asti sebelum hasil analisa dihasilkan.
Pada kasus keracuan kronik arsen, gambaran agak berbeda dengan yang kaut, meskipum sedikitnya ada kejadian yang mendukung atau kejadian yang tidak langsung, diagnosis mungkin saja masih sulit untuk ditentukan. Sebanyak yang telah diteliti , para peneliti kecewa pada waktu lampau keracuan arsen krinik telah salahdidiagnosa sebagai gastroenteritis. Pada keracuan arsen kronik tampak dari luar terlihat kelainan yang merata dipermukaan kulit yang ditandai dengan kekeringan pada kulit, ketombe, permukaan yang hyperkeratosis. Secara klinis terlihat Rain Drop/ pigmentasi punctata, tapi hal ini tidak terdapat setelah meningggal kecuali bila keadaan sudah berat.
Hal ini lebih sering terjadi pada lipatan-lipatan kulit, dahi dan leher. Kerontokan rambut mungkin timbul, dapat terjadi penebalan dan udema dari wajah curiga terdapat myxedema
Pad pemeriksaan dalam, lambung normal atau dapat juga menunjukan gastritis kronis denag disertai penebalan mukosa dan lapisan suserous dapat terlihat adanya mucus dan kemerahan akibat inlamasi dari ruggae, kadang-kadang didaptkan gastritis hemoragik dengan erosi akut atau kronis. Pad usu kecil berdilatsi dan merah merata, dengan mukosa yang menebal dan gambaran keseluruhannya edema kongestif yang non-spesifik yang umum ditemukan pada penyakit enteritis.
Jarang terjadi ulcerasi pada mukosa, isis dari usus sendiri dapat berlebihan atau berupa cairan dengan gambaran seperrti air perasan beras.
Usus besar juga menunjukan perubahan yang minimal/dapat juga normal, isi nya dapat cair dan sama seperti usus kecil. Pada hepar menunjukkan perlemakan hati/ nekrosis yang berat, kadang dapat ditemukan pada lobus perifer. Kerusakan hati yang berat ditandai dengan terlihatnya warna kuning pada tubuh. Ginjal pada keracunan arsen menjadi rusak akibat terjadi nekrosis tubular. Myokardium menunjukkan erusakan myofibril, kumpulan sel interstitial dan degenerasi lemak.

Contoh bahan toksikology dan hasil analisa

Pada keracuana akut, hal-hal utama yang diperlukan adalah lambung dan isinya, mungkin juga dibutuhkan usus kecil, yang diikat pada setiap ujungnya. Darah, urin dan hepar harus diambil juga.

Pada keracunan kronik t.u apabila diagnosa belum ditegakkan dari pemeriksaan otopsi keseluruhan, maka contoh yang mungkin dibutuhkan :
-         darah dari vena perifer
-         lambung dan isinya
-         usus kecil dan isinya
-         sediaan dari isi usus besar
-         urin
-         kandung empedu
-         hepar
-         ginjal
-         ujung kuku/seluruh kuku
-         rambut – helaian rambut harus utuh denagn akar-akarnya paling sedikit 20 lembar
Jumlah arsen pada orang yang tidak terekspose dengan arsen dalam jumlah yang besar/ diatas Normal, plasma 3-7 mg/100ml, hepar 0-92 mg/kg, ginjal 0-68 mg/kg, kuku 0-70 mg/kg, rambut 0-192 mg/kg dan otak 0-25 mg/kg. pada test rin 24 jam mengandung 0-26 mg/l.
Hal ini telah diteliti bahwa utnuk arsen agar dapat masuk ke dalam jaringan keratin yaitu kuku dan rambut butuh waktu ± 1-2 minggu. Pada teknik analisis yang lebih sensitive, keracunan arsen dapat timbul dalam beberapa jam setelah memakan arsen.

Levels in acute arsenious oxide poisoning from 49 fatalities.


Range
Average
Blood (mg/l)
Liver (mg/kg)
Kidney (mg/kg)
Spleen (mg/kg)
Brain (mg/kg)
0.6-9.3
2.0-120
0.2-70
0.5-62
0.2-4.0
3.3
29.0
15.0
8.8
1.7


Konsentrasi Thallium yang menimbulkan kematian dengan kadar  ( mg / l atau mg / kg )


Range
Rata – rata
 Darah
0,5 – 11
4.0
 Urine
1,7 – 11
5.2
 Ginjal
6 – 20
11.0
 Liver
5 - 29
15.0

Dijelaskan dengan sesungguhnya bahwa arsenik disekresi dengan cepat melalui keringan dan menyebar kerambut dan kaku secara disfusi . Akhir akhir ini dibantah dengan analis newtron aktif dan mekanisme ini tidak diketahui dengan jelas. Test untuk memperkirakan waktu dan lamanya pada perjalanan arseric dengan analisis mengenai panjang rambut yang berbeda – beda masih di gunakan. Arsenic dapat dilihat jelas dalam keratin untuk beberapa tahun walaupun sudah tidak terpapan

ANTIMONY (  Logam keputihan – keputihan sebagai campuran penbuat obat untuk pengemas campuran logam )

Antimony serupa organik dalam beberapa hal. Sisa dari hasil industri biasanya menimbulkan keracunan ” Tourta emetic ” antimony potasisium tartrafe. Ini jelas digunakan untuk bunuh diri dan pembunuhan seperti beberapa kematian. Patologi dan toksikologi memiliki pendapat yang sama mengenai argenik bahwa dosis fatal minimum tartasekitar150mg , walaupun secara IV merupakan dosis normal terhadap pengobatan Bilhaizia,konsep ini tidak pasti, karena beberapa orang dengan dosis minimal tersebut masih maupun berpasaran tidak menimbulkan keracunan
            Pekerja yang tidak terpapar memiliki nol atau lebih dari 0,01 mg /1 antimony dalam darah dan dalam urine .
            Pada beberapa kasus pada keracunan akut antimony trichloride dalam kadar ( mg / 1 atau mg / kg ditemukan hasil analisis darah 4 – 6, liver 45, ginjal 32, empedu 404.

THALLIUM
            Walaupun kadar metal berat ditentukan dalam pemeriksaan forensik di beberapa negara, thallium tersebut sering digunakan pada pembunuhan pada beberapa tahun ini. Thallium digunakan untuk membunuh tikus dibeberapa industri , khususnya dalam industri kaca , ini hal yang harus diketahui dalam kaitannya patologi forensik dalam hal ini di dapat dilihat secara radiologi pada Intestin dan disimpan dalam liver,.Ahlli patologi jarang menemukan keracunan talium. Xray diambil sebelum dilakukan autopsi .
            Aspek lain yang unik mungkin merupakan bahan kimia yang dapat ditemukan setelah kremasi. Pada kasus yang di inggris pada tahun 1971, disana 2 orang ditemukan dan beberapa orang lainnya mengalami keracunan yang tidak fatal yang dilakukan orang.Ternyata setelah dilakukan analisis ulang ditemukan thallium pada abu salah satu korban.
            Dosis fatal sekitar 1gr, tingkat pada tipe thallium itu sendiri dimana ada beberapa bentuk thallium yang berbeda seperti Asefat Sulfat atau Nitrat. Kadarnya berpariasi dari 6 – 40 mg / kg AB dengan rata – rata R mg / kg BB
            Hasil Autopsi yang didapat bervariasi dan tidak spesifik seperti muka pucat dan mukosa pucat degarerasi miokan ditemukan. Kerontokan rambut adalah salah satu tanda yang mengarah pada keracunan thallium yang biasannya digunakan untuk perontok rambut. Efek ini dimulai 1 minggu setelah pemulaian atau pemakaian yang kedua. Hilangnya alis mata menunjukan gejala yang lebih spesifik meskipun gejala tersebut sama pada penderita hipertyroid.
            Pemeriksaan akar rambut pada sisa rambut menunjukan adanya lapisan yang lebih hitam yang dapat disebabkan karena melalui pada korban yang selamat dapat ditemukan rekrasis hati dan nekrosis ginjal

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Proses Ekspresi Gen dalam Organisme

Proses Ekspresi Gen dalam Organisme
Dalam tubuh manusia terdapat banyak gen (unit dasar hereditas dalam kehidupan organisme) yang nantinya akan terekspresi menjadi fenotip (sifat yang tampak), misalnya rambut hitam, kulit sawo matang, hidung mancung, dan sebagainya. Bagaimana suatu gen yang ukurannya sangat kecil dapat menjadikan rambut kita berwarna hitam?
Dalam istilah biologi molekuler kita kenal dengan istilah Dogma Sentral Biologi Molekuler. Apakah itu? Dogma di sini adalah suatu kerangka kerja untuk dapat memahami urutan transfer informasi antara biopolymer (DNA, RNA, protein) dengan cara yang paling umum dalam organisme hidup. Sehingga secara garis besar, dogma sentral maksudnya adalah semua informasi terdapat pada DNA, kemudian akan digunakan untuk menghasilkan molekul RNA melalui transkripsi, dan sebagian informasi pada RNA tersebut akan digunakan untuk menghasilkan protein melalui proses yang disebut translasi.
TRANSKRIPSI
Ini merupakan tahapan awal dalam proses sintesis protein yang nantinya proses tersebut akan berlanjut pada ekspresi sifat-sifat genetik yang muncul sebagai fenotip. Dan untuk mempelajari biologi molekuler tahap dasar yang harus kita ketahui adalah bagaimana mekanisme sintesis protein sehingga dapat terekspresi sebagai fenotip.
Transkripsi merupakan proses sintesis molekul RNA pada DNA templat. Proses ini terjadi pada inti sel / nukleus (Pada organisme eukariotik. Sedangkan pada organisme prokariotik berada di sitoplasma karena tidak memiliki inti sel) tepatnya pada kromosom.
Komponen yang terlibat dalam proses transkripsi yaitu :
·         DNA templat (cetakan) yang terdiri atas basa nukleotida Adenin (A), Guanin (G), Timin (T), Sitosin (S)
·         enzim RNA polimerase
·         faktor-faktor transkripsi
·         prekursor (bahan yang ditambahkan sebagai penginduksi).
Hasil dari proses sintesis tersebut adalah tiga macam RNA, yaitu :
·         mRNA (messeger RNA)
·         tRNA (transfer RNA)
·         rRNA (ribosomal RNA)
Sebelum itu, akan dipaparkan terlebih dahulu bagian utama dari suatu gen. Gen terdiri atas : promoter, bagian struktural (terdiri dari gen yang mengkode suatu sifat yang akan diekspresikan), dan terminator.
Sedangkan struktur RNA polimerase terdiri atas : beta, beta-prime, alpha, sigma. Pada struktur beta dan beta-prime bertindak sebagai katalisator dalam transkripsi. Struktur sigma untuk mengarahkan agar RNA polimerase holoenzim hanya menempel pada promoter. Bagian yang disebut core enzim terdiri atas alpha, beta, dan beta-prime.
Tahapan dalam proses transkripsi pada dasarnya terdiri dari 3 tahap, yaitu :
1.       Inisiasi (pengawalan)
Transkripsi tidak dimulai di sembarang tempat pada DNA, tapi di bagian hulu (upstream) dari gen yaitu promoter. Salah satu bagian terpenting dari promoter adalah kotak Pribnow (TATA box). Inisiasi dimulai ketika holoenzim RNA polimerase menempel pada promoter. Tahapannya dimulai dari pembentukan kompleks promoter tertutup, pembentukan kompleks promoter terbuka, penggabungan beberapa nukleotida awal, dan perubahan konformasi RNA polimerase karena struktur sigma dilepas dari kompleks holoenzim.
2.       Elongasi (pemanjangan)
Proses selanjutnya adalah elongasi. Pemanjangan di sini adalah pemanjangan nukleotida. Setelah RNA polimerase menempel pada promoter maka enzim tersebut akan terus bergerak sepanjang molekul DNA, mengurai dan meluruskan heliks. Dalam pemanjangan, nukleotida ditambahkan secara kovalen pada ujung 3’ molekul RNA yang baru terbentuk. Misalnya nukleotida DNA cetakan A, maka nukleotida RNA yang ditambahkan adalah U, dan seterusnya. Laju pemanjangan maksimum molekul transkrip RNA berrkisar antara 30 – 60 nukleotida per detik. Kecepatan elongasi tidak konstan.
3.       Terminasi (pengakhiran)
Terminasi juga tidak terjadi di sembarang tempat. Transkripsi berakhir ketika menemui nukleotida tertentu berupa STOP kodon. Selanjutnya RNA terlepas dari DNA templat menuju ribosom.
Proses Ekspresi Gen dalam Organisme (bagian 2)
Pada artikel sebelumnya telah dijelaskan tentang proses ekspresi gen dalam organisme sampai pada tahap transkripsi, yaitu proses pembuatan mRNA (messeger RNA) dari DNA templat (cetakan DNA). Proses ini merupakan proses penyalinan kode-kode genetik yang ada dalam DNA ke mRNA. Selanjutnya dari mRNA akan diterjemahkan oleh ribosom dan akan membentuk asam-asam amino. Kumpulan asam-asam amino itulah yang nantinya akan menjadi protein. Kita menyebut proses ini adalah translasi.
TRANSLASI
Translasi terjadi setelah proses transkripsi. Translasi merupakan suatu proses penerjemahan urutan nukleotida yang ada pada molekul mRNA menjadi rangkaian asam-asam amino yang menyusun suatu polipeptida atau protein.
Yang diperlukan dalam proses translasi adalah :
·         mRNA
·         ribosom
·         tRNA
·         asam amino
Sebelumnya saya terlebih dahulu akan menjelaskan tentang struktur ribosom. Ribosom terdiri atas subunit besar dan kecil. Bila kedua subunit digabung akan membentuk suatu monosom. Subunit kecil mengandung sisi Peptidil (P), dan Aminoasil (A). Sedangkan subunit besar mengandung Exit (E), P, dan A. Kedua subunit tersebut mengandung satu atau lebih molekul rRNA. rRNA sangat penting untuk mengidentifikasi bakteri pada tataran biologi molekuler, pada prokariot 16 S (subunit) dan eukariot 18 S.
Seperti halnya transkripsi, pada translasi juga dibagi dalam tiga tahap :
1.       Inisiasi
Pertama tRNA mengikat asam amino, dan hal ini menyebabkan tRNA teraktivasi atau peristiwa ini disebut amino-asilasi. Proses amino-asilasi ini dikatalisis oleh enzim tRNA sintetase. Kemudian ribosom mengalami pemisahan menjadi subunit besar dan kecil. Subunit kecil selajutnya melekat pada molekul mRNA dengan kodon awal tempat menempel : 5’ – AGGAGG – 3’. Urutan tempat menempelnya subunit kecil disebut urutan Shine-Dalgarno. Subunit kecil dapat menempel pada mRNA bila ada IF-3. Pembentukan kompleks IF-2/tRNA-fMet dan IF-3/mRNA-fMet disebut asam amino N-formilmetionin dan memerlukan banyak GTP sebagai sumber energi. tRNA-fMet kemudian menempel pada kodon pembuka P subunit kecil. Selanjutnya Subunit besar menempel pada subunit kecil. Pada proses ini IF-1 dan IF-2 dilepas dan GTP dihidrolisis menjadi GDP, dan siap melakukan elongasi.
2.       Elongasi
Perbedaan pada proses transkripsi, pada translasi asam amino yang dipanjangkan. Tahapan yang dilakukan pada proses elongasi, pertama adalah pengikatan tRNA pada sisi A yang ada di ribosom. Pemidahan tersebut akan membentuk ikatan peptida.
3.       Terminasi
Translasi akan berakhir pada waktu salah satu dari ketiga kodon terminasi (UAA, UGA, UAG) yang ada pada mRNA mencapai posisi A pada ribosom. Pada E. coli ketiga sinyal penghentian proses translasi tersebut dikenali oleh suatu protein yang disebut release factor (RF). Penempelan RF pada kodon terminasi tersebut mengaktifkan enzim peptidil transferase yang menghidrolisis ikatan antara polipeptida dng tRNA pada sisi P dan menyebabkan tRNA yang kosong mengalami translokasi ke sisi E (exit).
Begitulah mekanisme proses transkripsi maupun translasi. Proses selanjutnya adalah protein yang telah dibuat akan disalurkan pada bagian-bagian yang dibutuhkan dan akan diekspresikan oleh tubuh kita dalam bentuk fenotip.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS